Sabtu, 16 November 2013

berkebun tanpa wereng coklat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


ekoLovers,,,,,,,,,,,, aku ada sedikit info ni,, tentang bagaimana cara kita dalam meembudidayakan tanaman, tetapi ada segelintir hama yang terus mengganggau tnaman budidaya kita,,,,,,,nahhh disini aku akan membahas khusus hama wereng coklat,,,,,,,,,, dan semoga bagi kalian yang membaca dapat pengetahuan baru tentang hama ini,,,,,,,,,,
sesungguhnya ilmu itu harus kita bagi kepada semua oraang, karena banyak pahala yang bakal kita dapt dari semua ini,,,,,
baiklahh cekidoooooooooootttt :)
mirip siapakahhh??

Pengendalian hama wereng cokelat dapat dilakukan dengan mengganti pola bercocok tanam, memilih varietas tahan hama, pengendalian biologi, dan penggunaan pestisida. Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah tanam serentak dalam satu wilayah, pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan dan sanitasi. Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Pada musim hujan sebaiknya ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk menekan perkembangan wereng coklat (Nurbaeti et al. 2010).
Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan pathogen. Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45- 87%. Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan Haplogonatopus orientalis. Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp. (four spider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneus inustus (orb spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata (Nurbaeti et al. 2010).
Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau digunakan jenis Insektisida yang lama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama) secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (dosis sublethal). Pada populasi serangga di alam terjadi keragaman genetik antara individu - individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis insektisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus menerus maka individu yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian seterusnya (Soemarsono 1979).
Beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang berbahan aktif: Fipronil, Tiamektosam, dan Imidakloprid. Penggaruh penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh alami. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengendalian insektisida, harus dilakukan monitoring secara dini (Nurbaeti et al. 2010)

nahh itu dia hasil pembelajaran aku di kampus kemarin,, semoga bemanfaat ya temen temen,,doain aku bisa terkenal di gugel yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ hehehe

assalamualiakuummmmmm..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar