Senin, 18 November 2013

Cara Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Pada Kentang

sihiiiyyyyy,, apa kabar nii ekolOvers????????????????
pada sehat semua kan?????
aku lagii sibuk banget ama proses pembelajaran soal tani dantani dan tani niii,, maklummm ntar kan bakal jadi sang Governor... aminnnnnnnnn
 
buat eloVers yang hobi berkebun kecil kecilan maupun besar besaran, nih aku kasih info lagii tentang gimana sih cara mengendalikan penyakit layu bakteri pada tanaman kentang??/
kalian semua pada doyan kentang gak ni???
akuu sih lumayan kalo gratisan.....apa lagi kalo lagi makan siomay,, beeuuhhh,,, sadaaaapppp bonaeee kata anak kampung ku,,,,wwkwkwk
langsung aja yaaa,,, cekidoooootttttt
kentang ku
 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman yang unik. Soalnya, dibandingkan dengan tanaman lain, tanaman kentang memiliki kemampuan tertinggi dalam memanfaatkan energi matahari dan dapat tumbuh dengan cepat. Selain itu kentang dapat dibudidayakan dengan mudah di pekarangan, bahkan dalam polybag pun bisa tumbuh baik, tetapi untuk keperluan komersial, komoditas hortikultura ini umumnya ditanam paa lahan khusus. Di Indonesia, komoditas hortikultura penghasil umbi tersebut umumnya ditanam di daerah dataran tinggi, yaitu 1.000 - 3.000 m dpl (di atas permukaan laut).
Sebagai sumber karbohidrat dan kalori, tanaman kentang memiliki prospek yang sangat besar untuk dikembangkan dalam mendukung program diversifikasi pangan karena dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti kentang goreng, chip/snack, tepung kentang, keripik kentang dan sebagainya. Dalam 100 gram bahan mengandung karbohidrat 19,1 mg dan kalori 83 kalori (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979 dlm Setiji Pitojo,2004;13).
Komoditi sayuran ini dikenal sebagai tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan gandum, padi maupun jagung, asalkan ditanam pada lokasi yang cocok dan dipelihara dengan baik. Masalahnya, apabila kentang sampai diserang penyakit, apalagi diserang penyakit yang membahayakan dan serangannya sudah berat, maka umbi kentang yang diharapkan sulit diperoleh karena dapat menyebabkan umbinya membusuk. Jika pun umbinya ada yang bisa dipanen, hasilnya akan mengecewakan
Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah penyakit "Layu Bakteri" atau "Bacterial Wilt" yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum atau yang dikenal pula sebagai bakteri Ralstonia solanacearum. Bakteri ini tidak cuma menyerang kentang, tetapi dapat juga merusak tanaman lain seperti tomat, tembakau, kacang tanah, terung, cabai dan beberapa jenis gulma dan terung-terungan. Jenis-jenis tanaman ini lah merupakan tanaman inang bakteri tersebut yang dapat menularkan penyakit pada tanaman kentang yang sedang kita tanam.
Perlu diketahui, bakteri mudah menular melalui air, tanah yang terinfeksi, benih/bibit maupun melalui alat pertanian seperti cangkul, pisau yang digunakan membelah umbi/benih yang sakit. Kondisi lingkungan yang menguntungkan untuk berkembangnya penyakit adalah adanya suhu yang cukup tinggi (± 27 0 C, suhu kering dan curah hujan yangt banyak. Pencaran atau penyebaran penyakit layu bakteri umumnya terjadi pada pertanaman kentang yang dibudidayakan di Jawa, Bali, Sumatera, Lombok dan Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, bagi petani yang sedang membudidayakan komoditas hortikultura di daerah tersebut perlu waspada terhadap kehadiran penyakit bakteri yang membahayakan kentang itu.
Gejala Penyakit
Sebelum melakukan upaya pengendalian, tentunya perlu diketahui dahulu gejala penyakitnya agar upaya pengendaliannya akan lebih efektif. Bakteri tersebut, tidak cuma menyerang daun dan batang, tetapi juga dapat menyerang umbinya Jika menyerang daunnya, tanda atau gejalanya, daun-daun yang terserang menjadi layu yang dimulai dari daun muda, tetapi umumnya terjadi pada tanaman yang berumur kurang 6 minggu.
Apabila batangnya yang diserang, gejala khasnya pada pembuluh batang berwarna coklat dan bila potongan batang dipijit akan mengeluarkan massa lendir berwarna ke abu-abuan. Jika potongan batang yang diserang penyaikit itu direndam dalam air bening/bersih, beberapa menit kemudian, pangkal batang mengeluarkan benang putih halus yang merupakan massa bakteri.
Sedang jika umbinya yang diserang, pada ujung umbi terdapat bagian yang mengendap berwarna hitam. Apabila umbi dipotong tampak jaringan busuk berwarna coklat. Sedang pada lingkaran berkas pembuluh umbi terdapat lendir yang berwarna krem sampai kelabu. Pada serangan berat, umbi kentang akan membusuk sama sekali sehingga tidak dapat dikonsumsi
Proses awal munculnya penyaikt dimulai dari salah satu pucuk daun atau cabang tanaman. Terjadinya kelayuan biasanya disertai dengan sedikit menguningnya daun. Bila serangannya sudah berat, daun-daun menjadi layu secara menyeluruh dan berwarna coklat yang diikuti dengan kematian tanaman.
Cara Pengendalian
Serangan penyakit layu dapat dikendalikan cengan cara kultur teknis, fisik/mekanis, biologis maupun dengan cara kimiawi. Pengendalian cara kimiawi baru dilakukan apabila cara-cara lain untuk mengendalikan penyaikit sulit dilakukan atau hasilnya tidak efektif.
1. Cara Kulktur Teknis
Benih kentang yang ditanam, gunakan benih kentang sebar, bersertifikat dan berlabel. Cara lain, lakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman) dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang patogen (penyebab penyakit) selama minimal (paling sedikit) 3 musim dan ditanam pada lahan yang mempunyai draenase yang baik..
Upaya lainnya, usahakan pertanaman kentang selalu dalam keadaan bersih. Oleh karena itu segala gulma yang ada dikumpulkan dan dimusnahkan,misalnya dibakar atau dibenamkan dalam tanah yang jauh dari pertanaman kentang. Hindari tindakan yang dapat melukai akar maupun umbinya karena akar dan umbi yang luka akan mudah diserang penyakit.
2. Cara Fisik/Mekanis
Tanaman yang sakit dicabut sampai ke akar-akarnya beserta tanah di sekitar perakaran, masukkan ke dalam kantong plastik kemudian dimusnahkan, misal dibakar agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit
3. Cara Biologis
Apabila akan dikendalikan dengan cara biologis, gunakan agens hayati seperti bakteri Pseudomonas fluorescens dengan dosis aplikasi 10 ml/liter air pada saat awal tanam dan 100 ml/liter air pada saat tanaman berumur 15 hari dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan bedengan tanaman secara merata.
4. Cara Kimiawi
Cara ini baru dilakukan apabila cara lain sulit dilakukan atau hasilnya tidak tidak efektif. Mengingat penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri, maka apabila akan dikendalikan dengan cara kimiawi, gunakanlah bakterisida yang berbahan aktif asam oksolinik 20 % dengan dosis yang dianjurkan. Anjuran penggunaan bakterisida tersebut bisa dibaca pada lebel pembungkusnya. Sebab, pada kemasan atau bungkus bakterisida tersebut umumnya sudah tertera aturan penggunaannya.
Setelah membaca aturan penggunaan bakgterisida tersebut tetap belum paham, tanyakan pada Penyuluh Pertanian atau petugas pertanian setempat. Soalnya, jika salah penggunaannya, bukannya penyakit yang dapat dikendalikan, malahan membahayakan lingkungan maupun petugas yang menggunakan bakterisia tersebut.

nahh sekian dulu informasi dari akuu  ya,, semoga bermanfaat bagi kalian semua>>>>>>> daaadaaaaaaa elOvers

sumber: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/layu-bakteri-pada-kentang-dan-upaya-pengendaliannya.

2 komentar:

  1. 3. Cara Biologis
    Apabila akan dikendalikan dengan cara biologis, gunakan agens hayati seperti bakteri Pseudomonas fluorescens dengan dosis aplikasi 10 ml/liter air pada saat awal tanam dan 100 ml/liter air pada saat tanaman berumur 15 hari dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan bedengan tanaman secara merata.
    Ini bisa didapat dimana mas.... ada gak di toko tani ?? makasih

    BalasHapus
  2. assalamualaikum... kemungkinan besar di toko tani ada kok mas.. terima kasih telah berkunjung mas..

    BalasHapus