Selasa, 26 November 2013

Manfaat Tanaman Jeringau



selamat pagi ,, salam dari Sang Governor untuk elOvers semua,,,
pada kesempatan kali ini Sang Governor ingin berbagi tentang tumguhan yang bernama Jeriangau, dimana tanaman ini banyak di jadikan untuk obat,,,
nahh,,pada penasaran kan apa sih sebenarnya tanaman Jeriangau itu????????
simak baik baik ya sahabat Governor semua,,,,,

Lingkungan mempunyai peran dalam kehidupan manusia. Lingkungan berperan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk, seperti timbulnya berbagai penyakit, juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan memang tidak selalu menjadi penyebab, melainkan sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Keadaan lingkungan yang kurang bersih merupakan tempat yang sangat baik untuk berkembangbiaknya berbagai vektor penyakit, seperti serangga. Untuk menghindari dampak negatif tersebut, maka perlu dikembangkan cara-cara dalam pengendalian serangga yang aman dan efektif. Pengendalian serangga dengan pemanfaatan tanaman yang mengandung zat pestisidik sebagai insektisida nabati, diperkirakan mempunyai prospek dimasa yang akan datang (Kardinan, 2004). Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh serangga pada waktu itu dan setelah serangga terbunuh, maka residunya akan cepat terurai di alam (Kardinan, 2004). Salah satu contoh insektisida nabati adalah tanaman jeringau (Acorus calamus L). Rimpang jeringau mengandung minyak atsiri yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan beberapa serangga pengganggu. Jeringau (Acorus calamus L) adalah tanaman yang mengandung bahan kimia aktif pada bagian rimpang baik dalam bentuk tepung ataupun minyak yang dikenal sebagai minyak atsiri. Tumbuhan ini mudah tumbuh dan dikembangbiakkan serta tidak beracun bagi manusia, karena secara tradisional banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan penyakit kulit (Rismunandar, 1988).

Deskripsi Jeringau (Acorus calamus L)
Jeringau termasuk dalam Famili Araceae atau sekeluarga dengan tanaman keladi/talas-talasan. Jeringau merupakan tanaman kecil yang tidak berkayu, mudah tumbuh, menyukai air, asal tersedia cukup air, jeringau dapat berkembang biak. Jeringau merupakan herba tahunan dengan tinggi sekitar 75 cm. Tumbuhan ini biasa hidup di tempat yang lembap, seperti rawa dan air pada semua ketinggian tempat. Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 60 cm, lebar sekitar 5 cm, dan tulang daun sejajar. Daun berwarna hijau, berbentuk bongkol dengan ujung meruncing, panjang 20-25 cm. Pada ketiak daun keluar tangkai sari dengan panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5 mm, dan putik berukuran 1-1,5 mm. Akarnya kuat dengan rimpang berwarna merah jambu dan bagian dalamnya berwarna putih. Jika dikeringkan dan dicium akan mengeluarkan bau yang tajam (Atsiri Indonesia, 2006). Perbanyakan dengan stek batang, rimpang, atau dengan tunas-tunas yang muncul dari ruas-ruas rimpang. Jeringau mempunyai akar berbentuk serabut. Dalam pertumbuhannya, rimpang jeringau membentuk cabang ke kanan atau ke kiri. Banyaknya cabang ditentukan oleh kesuburan tanah.
Rimpang jeringau dalam keadaan segar kira-kira sebesar jari kelingking sampai sebesar ibu jari, dagingnya berwarna putih tetapi jika dalam keadaan kering berwarna merah muda. Bentuk rimpang berbentuk agak petak bulat beruas, dengan panjang ruas 1-3 cm, sebelah sisi akar batang agak menajam, sebelah lagi beralur tempat keluar tunas cabang yang baru. Banyak dikelilingi akar serabutnya yang panjang. Kebanyakan dari akar ini tumbuh pada bagian bawah akar batangnya. Bila umur tanaman lebih dari 2 tahun, akarnya dapat mencapai 60-70 cm. Bau akar sangat menyengat (keras) seperti bau rempah atau bumbu lainnya. Jika diletakkan di lidah rasanya tajam, pedas dan sedikit pahit tetapi tidak panas. Jika rimpang dimemarkan akan keluar bau yang lebih keras lagi karena rimpang jeringau mengandung minyak atsiri.

Klasifikasi Jeringau
Kingdom                 :  Plantae
Divisi                       :  Spermatophyta
Sub divisi               :  Angiospermae
Kelas                       :  Monocoiyledonae
Bangsa                   :  Arales
Suku                       :  Araceae
Warga                     :  Acorus
Jenis                       :  Acorus calamus LINN
Nama Inggris         :  Sweet flag, Sweet root, calamus
Nama Indonesia   :  Dringo, Jeringau
Nama daerah         :  Jeurunger (Aceh), Jerango (Gayo), Jarango (Batak), Jarianggu (Minangkabau), Sarango (Nias), Dringo (Sunda), Dlingo (Jawa Tengah), Jharango (Madura), Jangu atau Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak), Kareango (Makasar), Kalamunga (Minahasa), Areango (Bugis), Ai wahu (Ambon), Bila (Buru) (Atsiri Indonesia, 2006).

Penyebaran dan Habitat Jeringau
Di Indonesia, jeringau didapati tumbuh liar di hutan. Tanaman ini dapat ditemui di sepanjang musim menyukai tempat yang lembap dan mudah dijumpai dikawasan yang berpayau seperti di tepi danau, muara sungai, di rawa-rawa, di telaga-telaga atau pada tempat-tempat yang berair/berlumpur, tanaman ini banyak tumbuh didaerah sub tropis maupun daerah tropis yang panas dan lembap. Jeringau merupakan tumbuhan berair, mempunyai rizoma yang berbau wangi. Rizomanya berbentuk silinder dan diameternya antara 19 hingga 25 mm, kulit rizom berwarna coklat muda dengan warna putih didalamnya. Bagian dalamnya berbentuk seperti spon. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti pedang. Apabila daunnya dikoyak akan dihasilkan bau wangi. Jeringau menghasilkan bunga berwarna kuning kecil yang keluar dari ketiak daunnya. Tumbuhan ini jarang mengeluarkan biji benih dan pembiakan utamanya melalui pecahan rizom (Atsiri Indonesia, 2006).

Bagian Tumbuhan Yang Digunakan
Rimpang jeringau mengandung minyak yang bernilai serba guna seperti campuran dalam industri makanan dan minuman, bahan penyedap, pewangi, deterjen, sabun, dan krem kecantikan. Jeringau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida hayati adalah pada akarnya (rimpang), karena mengandung minyak atsiri. Rimpang jeringau dapat digunakan dalam 2 bentuk, yaitu berbentuk tepung dan minyak. Untuk membuat tepung, rimpang jeringau diiris-iris, dikeringkan, lalu ditumbuk. Sedangkan cara pengolahan rimpang jeringau menjadi minyak atsiri adalah melalui penyulingan dengan metode Destilasi (Kardinan, 2004).

Kandungan Aktif Jeringau
Kandungan bahan kimia terpenting dalam rimpang jeringau adalah minyak atsiri. Kandungan minyak atsirinya mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon, kalamediol, isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin, akonin, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, episiobunin, resin dan amilum (Arsiri Indonesia, 2006). Tinggi rendahnya kualitas minyak atsiri tergantung pada daerah asal jeringau itu sendiri. Komposisi minyak rimpang jeringau terdiri dari asarone (82%), kolamenol (5%), kolamen (4%), kolameone (1%), metil eugenol (1%), dan eugenol (0,3%) (Kardinan, 2004). Rimpang dan daun jeringau mengandung saponin dan flavonoida, disamping rimpangnya mengandung minyak atsiri sebagai pengusir serangga (Anonimous, 2000). Formula rimpang Jeringau sebagai insektisida dapat dibuat secara sederhana maupun secara laboratorium.

Manfaat Jeringau
Secara tradisional tanaman jeringau banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan penyakit kulit (Rismunandar, 1988). Ada juga kebiasaan yang berkembang di masyarakat yaitu pada ibu yang mempunyai bayi, disediakan sejenis bungkusan kecil yang berisi jeringau dan rempah ini dipercaya dapat menghindarkan bayi dari mahkluk halus dan binatang-binatang (Naria, 2005). Rimpang jeringau berkhasiat sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik yang bermanfaat untuk obat penenang, lambung, penenang pencernaan, obat limpa, menghilangkan sakit, menambah nafsu makan, tonik, meredakan radang, melegakan hidung tersumbat, menjernihkan suara, dan bahan antiseptik. Contohnya penyakit yang dapat diobati dengan jeringau antara lain adalah bengkak, kudis, kurap, limpa bengkak, cacar sapi, mimisan, demam dan lainnya. Bahkan ada penderita stroke ringan yang sembuh dengan mandi air hangat yang dicampur dengan beberapa rimpang jeringau. Selain itu jeringau juga digunakan sebagai ramuan untuk wanita selepas bersalin. (Atsiri Indonesia, 2006). Di India, tepung rimpang jeringau digunakan sebagai obat cacing dan jamu-jamuan. Didalam obat-obatan timur asli, rimpang jeringau banyak dipakai untuk dyspepsia (obat anak-anak yang mengalami diare), bronchitis dan lozenge (obat kunyah untuk sakit tenggorokan). Air rebusan rimpang jeringau disebut teh jeringau (calamus), baik sekali dipakai untuk obat menguatkan badan dan menghangatkan perut. Jeringau dapat pula membangkitkan nafsu makan serta mendorong dan membuang kotoran-kotoran dalam perut. Teh jeringau ini pun sangat manjur untuk mengobati reumatik, demam, penyakit kuning, sakit empedu, memperlancar haid bagi wanita, dan lain-lain (Indo, M., 1972). Dalam dosis rendah jeringau dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf pusat karena senyawa asaron memiliki struktur kimia mirip senyawa golongan amfetamin dan ekstasi. Namun, jika digunakan dalam dosis yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif) bahkan potensial sebagai karsinogen jika antibodi yang ada di dalam tubuh tidak bisa mengeliminasi efek karsinogen jeringau (Agusta, 2008). Di beberapa Negara tanaman jeringau telah dikembangkan secara luas sebagai tanaman perdagangan, industri, maupun obat-obatan, bahkan sampai di ekspor. Minyak yang dihasilkan dari bahan baku rimpang jeringau melalui proses penyulingan disebut Calamus Oil.  Minyak jeringau dibutuhkan untuk industri makanan sebagai penambah cita rasa, industri minuman sebagai campuran bir, limun, anggur, dan lain-lain, karena baunya jeringau yang lembut, warnanya yang kuning dan aromanya yang mendekati bau nilam, serta pada bahan industri pasta gigi sebagai dental cream.

Hama Yang Dikendalikan
Rimpang jeringau dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa serangga pengganggu disekitar kita. Rimpang yang ditumbuk halus (bentuk tepung) dapat digunakan untuk mengendalikan rayap dan membunuh kutu, dapat juga digunakan untuk memusnahkan anai-anai, dengan cara menaburkan tepung jeringau di sekeliling kayu yang diserang oleh anai-anai (Indo, M., 1972). Serangga lain yang dapat dikendalikan adalah nyamuk, ngengat dan kecoa (Naria, 2005). Tumbuhan ini, terutama bagian rimpangnya mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai repellent (penolak serangga), antifeedant (penurun nafsu makan), dan antifertilitas/chemosterilant (pemandul). Tepung rimpang jeringau dapat digunakan untuk melindungi hasil panen yang disimpan di gudang, yaitu dengan mencampurkannya pada biji-bijian dengan konsentrasi 1-2 % atau 1-2 kg tepung jeringau dicampur dengan 100 kg biji-bijian. Tepung rimpang jeringau dengan konsentrasi 3-5% berpengaruh terhadap mortalitas serangga sitophilus sp. Rimpang jeringau sering digunakan sebagai insektisida nabati di berbagai negara. Sebagai contoh, di Tiongkok dan India rimpang jeringau ini dimanfaatkan untuk membasmi beberapa jenis kutu, di Malaysia dimanfaatkan untuk membasmi rayap, dan di Filipina untuk mengusir walang sengit (Kardinan, 2004). Berdasarkan cara kerja minyak dari rimpang jeringau sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan serangga dapat dinyatakan sebagai racun kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun kontak, apabila minyak jeringau yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh serangga sasaran yang menyebabkan serangga tersebut jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh serangga mengering karena dehidrasi. Dinyatakan sebagai racun kontak apabila insektisida dapat masuk kedalam tubuh serangga sasaran lewat kulit/bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000).  Sebagai racun pernafasan, apabila serangga menghirup minyak rimpang jeringau yang menyebabkan serangga tersebut tergelepar hingga akhirnya mengalami kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas (Djojosumarto, 2000). Pengaplikasian minyak rimpang jeringau berbentuk cair yang dapat berubah dan menimbulkan gas. Hal ini dapat diketahui dari baunya yang sangat menyengat (Onasis, 2001). Untuk mendapatkan minyak dari rimpang jeringau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Siapkan 10 kg rimpang jeringau yang telah disortir dan dirajang halus.
  2. Lakukan pengeringan dengan tidak langsung berada dibawah sinar matahari sampai kadar airnya 10-25 %.
  3. Lakukan penyulingan dengan alat suling yang menggunakan metode destilasi.
  4. Pisahkan minyak rimpang jeringau dari air.
  5. Minyak dari rimpang jeringau siap untuk digunakan.

Dengan mengetahui informasi diatas, diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai berbagai kandungan kimia dan manfaat dari tanaman jeringau. Karena budidayanya yang mudah, tanaman jeringau ini dapat dikembangkan, mengingat manfaat dari tanaman ini yang begitu besar, baik sebagai tanaman herba untuk pengobatan manusia, maupun sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Referensi
Agusta, Andria. 2008. Awas, Bahaya Tanaman Obat. http//Anekaplanta.Wordpress.com  Diakses tanggal 15 Juli 2013.
Atsiri Indonesia. 2006. http://atsiriindonesia.com//tanaman php/id&//detail_new1/desk_news=deskripsibalittro http://atsiri-indonesia.com/index.php?page=tanaman-atsiri&o=9. Diakses tanggal 9 Juli 2013.
Djojosumarto, Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Indo, M. 1972. Tanaman Djeringau (Acorus calamus LINN), Bhratara, Jakarta.
Kardinan, Agus, 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Naria, Evi, 2005. Insektisida Nabati Untuk Rumah Tangga. Info Kesehatan Masyarakat Vol. IX No. 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Onasis, Aidil, 2001. Pemanfaatan Minyak Jeringau (Acorus Calamus L) Untuk Membunuh Kecoak (Periplaneta Americana). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rismunandar, 1988. Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar